Recent Articles
Minggu, 11 Agustus 2013
Minggu, 11 Agustus 2013
- 0 Comments
Teknik untuk mendapatkan hasil foto yang bagus itu mudah koq, yang agak susah tu ... hmmphhh... di akhir tulisan aja yaa pembacaa... hehehe. Trus, jenis kamera bukan faktor utama yang menentukan bagus atau tidaknya suatu foto.
Ok deh dibawah ini pengetahuan dasar fotografi (inti-intinya aja ya, kalau dijabarkan wahhh bisa jadi buku deh heheheh). Fotografi manual/film keqnya dah bisa dibilang nyaris punah, hanya orang-orang tertentu yang masih menggunakannya atau seorang kolektor mania. Fleksibilitas, murah dan hematya fotografi digital telah menenggelamkan fotografi manual.
L
Jenis Kamera Digital
1. Point and Shoot (PAS)Penggunaannya mudah, ukurannya relatif kecil (pocket/kompak), lensa tidak bisa diganti-ganti, harganya relatif murah. Misalnya kamera mobile phone dan kamera digital biasa.2. Prosumer3. Digital Single Lens Reflect (DSLR)
Kamera pertengahan, ukuran dan harganya antara PAS & DSLR, kamera PAS yang memiliki beberapa kontrol manual, lensa tidak bisa diganti-ganti.Full manual control & otomatis, lensa fleksibel dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan, ukurannya relatif besar, harganya relatif mahal.
Tahapan Foto Digital
1. Image Acquisition (Input)2. Image Processing
Proses pengambilan foto (hmmm… disinilah perlunya teknik pengambilan foto).3. Print Out (Output)
Pengolahan foto dengan software ex. Adobe Kotoshop (T_T), ACD See, Corel Photo Paint (pokok é banyak deh…), disini tahapan untuk mengatur warna, pencahayaan lanjutan, ketajaman (sharpness), dan komposisi lanjutan (cropping)
Karna penyesuaian (kalibrasi) warna monitor dengan warna print out… jadinya tahapan ini agak susah.
Klasifikasi Fotografi
Sebenarnya pengklasifikasian fotografi ini sulit dan bersifat subjektif, namun secara umum dapat dibagai atas 5 bidang yaitu:
- Lokasi dan Jenis Objek: Urban, Travel, Nature, Wild Life, Under Water Photography
- Aktivitas Manusia: Wedding, Event, Sport Photography
- Ilmu Pengetahuan (Science): Forensic, Science, Medical Photography
- Konsep: Art, Documentary, Advertising Photography
- Teknik/Peralatan Fotografi: Wide, Macro, Aerial Photography
Tips Teknik Mendapatkan Hasil Foto yang Bagus
Tips paling utama adalah sering mengamati foto-foto yang bagus. Semakin sering kita mengamati foto-foto yang bagus, lama-lama tanpa disadari kita akan memiliki sense foto yang bagus. Foto-foto yang sangat berkualitas, baik dari segi seni atau pemberitaan, diantaranya bisa dilihat lihat di National Geographic dan Kompas Image
Trus, mengenai penggunaan alat nge jepret, kamera jenis apapun dari yang murahan hingga yang mahalan hihih... kalau memang benar-benar minat fotografi pasti gak kesulitan deh, pake aja tekni trial and error, sambil baca-baca juga buku manualnya.
Trusnya lagi, pahami benar Point of Interest (POI), ketahui benar objek yang mana yang mesti ditonjolkan, sehingga bila orang melihat foto itu, dia akan otomatis melihat POI tersebut.
Adapun faktor-faktor yang menentukan kualitas hasil foto menurut Rahmad Agus Koto (2012) adalah (zzzzz wkwkwkk emangnya jurnal apa...hihi..) adalah:
- Kondisi Objek
- Pencahayaan (Exposure)
- Warna
- Fokus/Ketajaman (Sharpness)
- Komposisi
- Sudut Pandang (Viewing Angel)
Kondisi Objek
Bisa dikatakan kondisi objek memiliki peranan penting dalam suatu foto yang bagus. Apakah ekspresi dari objek atau objek yang merupakan peristiwa yang unik atau jarang terjadi.
Jarang Sederhana
Pencahayaan (Exposure)
Masalah cahaya ni, ya tergantung tujuan foto diambil sih, bisa saja foto yang agak gelap atau terlalu terang malah bagus. Tapi secara umum pencahayaan yang bagus itu harus pas
In The Dark
Warna
Pengetahuan mengenai warna cukup penting juga dalam dunia fotografi loh. Seorang graphic designer, ataufashion designer paham benar memainkan warna. Colourlovers, di situs ini bisa belajar dan memahami warna dengan baik.
Aisyah & Faqih
Pasangan Sejati
Ada yang tau ini serangga apa? (koq banyak gak taunya seeehh...)
Fokus/Ketajaman (Sharpness)
Paling ngeselin deh liat foto yang kabur (bukan melarikan diri loh wkwkwwk), ya kan? Penggunaan manual fokus butuh latihan yang sering, untuk pemula make autofokus aja dulu.
Microstoma floccosa
Dragonfly
Komposisi
Prinsip dasarnya adalah seimbang. Perhatikan orientasi yang cocok, portrait atau landscape, biasanya panorama atau objek yang jauh cocok menggunakan landscape, sedangkan objek yang vertikal cocok menggunakan portrait. Teknik komposisi lain diantaranya adalah Framing, Geometric dan Freedom
Prinsip Rule of Third sangat membantu untuk mendapatkan komposisi yang bagus. Dimana POI atau objek utama diposisikan di bahagian sepertiga bidang foto.
Taman Buaya Asam sikumbang, Medan Sumut
Gabungan Teknik Portrait, Geometrik, dan Rule of Third. Foto ini diambil menggunakan kamera hp harga 200 ribuan loh
nih,sekilas info cara atau teknik memotret sunrise,sunset dan juga twilight plus setting kamera
Memotret sunrise dan sunset (sebenarnya gak ada bedanya dari sisi fotografi, yang beda cuma sunrise lebih dingin dan sepi daripada sunset, dan yang satu terbit dan yang lainnya tenggelam he he he). Persiapan yang dibutuhkan tentunya adalah memeriksa lokasi di hari sebelumnya, arah matahari dan sebagainya. Peralatan utama yang dibutuhkan adalah kamera, tripod, dan senter.
Setelah tiba dilokasi, hal yang pertama dilakukan tentunya mencari lokasi yang bagus dan aman untuk memotret. Setelah ketemu, baru pasang kamera di tripod. Kalau bisa jangan kebalikannya, kalau keburu pasang tripod dulu biasanya kita sudah malas bergerak mencari posisi yang lebih bagus.
Mode dan setting exposure kamera
Mode kamera yang saya gunakan adalah mode manual (M). Pastikan AUTO ISO dalam kondisi OFF. Rugi dong, kalau ternyata AUTO ISO kamera memilih ISO yang terlampau tinggi karena mendeteksi pencahayaan yang gak begitu terang. Setelah itu saya akan set ISO rendah, sekitar 100/200 (tergantung kamera masing-masing). Dengan ISO rendah, kualitas fotonya paling bagus
Bukaan favorit saya adalah sekitar f/8 sampai f/16. Dengan bukaan yang relatif kecil, ruang tajam menjadi besar dan pemandangan yang luas bisa tajam semua. Setelah itu, saya tinggal atur shutter speed sampai lightmeter jatuh di titik nol saat saya menekan setengah tombol shutter/jepret. Biasanya shutter speed akan jatuh lebih lambat dari satu detik sesaat sebelum matahari terbit.
Untuk fokusnya, saya mencoba autofokus, tapi kalau langit masih gelap dan kamera gagal mengunci fokus, saya akan set lensa/kamera ke manual fokus, dan mengunakan live view (komposisi dengan layar LCD) dan kemudian mencari fokus dengan memutar barrel fokus di lensa.
Lalu saya akan mengambil test shot, kalau terlalu terang atau gelap, saya akan ganti nilai shutter speednya supaya hasilnya sesuai keinginan saya. Asyiknya kamera digital jaman sekarang memberikan hasil foto langsung di layar LCD jadi tidak ada salahnya mencoba-coba setting yang berbeda-beda.
Idealnya mengunakan self-timer atau exposure delay supaya saat kita menekan tombol shutter, kamera tidak goyang dan hasil foto tajam. Remote dan cable release, dua aksesoris pembantu dapat membantu.
Kalau pemandangannya mencakupi sesuatu yang bergerak, contohnya ada orang seperti nelayan, fotografer, satwa, dll, maka shutter speednya gak boleh terlalu lambat (lebih dari satu detik) karena subjek yang bergerak itu akan tidak tajam. Kalau bisa, kita gunakan shutter speed cukup cepat, contohnya 1/15 detik atau kalau bisa 1/100 detik lebih ideal lagi. Untuk mendapatkan shutter speed cepat tanpa membuat hasil foto gelap, naikkan nilai ISOnya.
Filter atau tidak?
Filter seperti GND (graduated neutral density) biasanya digunakan untuk menyeimbangkan pencahayaan langit dan bumi saat sunset dan sunrise. Saya sendiri sukanya tidak mengunakan filter GND dan membiarkan bagian foreground gelap/siluet. Supaya kesannya lebih alami dan bentuk-bentuknya lebih menonjol. Alasan lain adalah tanah di tepi danau itu kotor, banyak sampah plastik bekas turis Dan alasan lainnya, filter GND repot dipasang dan yang berkualitas tinggi cukup mahal dan mudah rusak.
Alternatif lain jika ingin langit dan buminya seimbang yaitu mengaktifkan fitur yang dinamakan Active D Lighting (Nikon), Auto lighting optimizer (Canon). Ada juga kamera yang kini memiliki fiturBuilt-in HDR. Saat fitur ini aktif, kamera akan otomatis membuat dua gambar dan menggabungkannya langsung menjadi satu.
Cara lainnya yaitu membuat dua atau lebih dari dua foto yang terang gelapnya berbeda-beda lalu menggabungkannya dengan software pengolah HDR seperti Photomatix atau Photoshop CS. Saat mengunakan teknik HDR, kita wajib mengunakan tripod supaya foto akhir tidak berbayang dua.
Keterangan foto di atas
Foto diatas saya buat saat tur fotografi di daerah Pangalengan, Jawa Barat. Pagi-pagi sekitar jam 5.30 WIB. Saat ini biasanya disebut twilight hour / blue hour, menjelang matahari terbit. Secara komposisi saya mencoba membuat komposisi yang seimbang dengan adanya dua pohon disebelah kiri dan kanan. Siluet fotografer dan perahu diseimbangkan dengan dua perahu di sebelah kanan. Lensa lebar digunakan untuk membuat kesan luas berdimensi.
ISO 200, f/8, 1/2 detik, 16mm, kamera full frame (10mm untuk kamera bersensor APS-C), krop dengan aspek rasio 16:9
Saya mengunakan ISO 200 supaya saya bisa mendapatkan shutter speed 1/2 detik, cukup supaya orang-orang ditepi danau tidak blur, dan kualitas foto masih terjaga.
Keterangan foto dibawah
Foto dibawah kondisi sudah sangat gelap karena matahari sudah tenggelam sekitar jam 18.15. Untuk membekukan gerakan nelayan yang sedang menjala ikan, saya mau gak mau harus pakai shutter speed tinggi. Caranya saya naikkan ISO ke 6400 kemudian gunakan bukaan terbesar, yaitu f/1.4. dan dari dua setting tersebut, saya mendapatkan shutter speed 1/125 detik. Lumayan untuk membekukan subjek foto.
Selain nelayan, saya memasukkan elemen foreground yaitu pohon di tepi waduk Jatiluhur. Lampu-lampu kuning dan refleksinya dari seberang waduk yang memberikan efek visual tambahan yang menurut saya cukup menarik.
ISO 6400, f/1.4, 1/125 detik, 85mm (di full frame, kira-kira 60mm di sensor APS-C), krop dengan aspek rasio 16:9
Fotografi:
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Foto ( Cahaya ) dan Graphia ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar.
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Foto ( Cahaya ) dan Graphia ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar.
Kamera SLR:
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik ( viewfinder ) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa.
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik ( viewfinder ) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa.
Seperti dibahas terdahulu, fotgrafi berkaitan erat dengan cahaya, maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed ( Kecepatan Rana ) dan Aperture ( Diafragma ).
Shutter Speed:
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur.
Foto dengan shutter speed cepat
Foto dengan shutter speed lambat
Foto dengan shutter speed cepat
Foto dengan shutter speed lambat
Aperture
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf F dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst…
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst…
Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa ( f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0 ).
Gambar Aperture pada lensa
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.
Gambar Aperture pada lensa
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa, maka shutter speed akan semakin melambat.
NIKON D70
Pada kamera Nikon D70 terdapat 11 mode pemotretan:
M= Full Manual
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.
A= Aperture Priority
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
S= Shutter Priority
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
P= Program
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.
Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal “jepret” saja.
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal “jepret” saja.
Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.
Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.
Night Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan pada malam hari.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan pada malam hari.
Night Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto portrait malam hari atau cahaya redup.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto portrait malam hari atau cahaya redup.
Canon 350D
Pada kamera Canon 350D terdapat 12 mode pemotretan:
A-DEP= Automatic Depth of Field
Pada mode ini, pengaturan fokus foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik pada foreground maupun background.
Pada mode ini, pengaturan fokus foreground dan background diatur secara otomatis oleh kamera sehingga lebih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam baik pada foreground maupun background.
M= Full Manual
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.
Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.
Av= Aperture Value Priority
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.
Tv= Time Value Priority
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.
P= Program
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.
Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.
Auto
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal “jepret” saja.
Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal “jepret” saja.
Portrait
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.
Landscape
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.
Macro
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.
Moving Object
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.
Night Scene
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pada malam hari.
No Flash
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan untuk mengimbangi kebutuhan cahaya.
Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun apabila pada mode auto lainnya built in flash akan otomatis pop up apabila cahaya dirasa kurang, pada mode ini built in flash tidak akan menyala sama sekali, sehingga shutter speed dan aperture akan lebih berperan untuk mengimbangi kebutuhan cahaya.
Setiap kamera memiliki light meter yang berfungsi mendeteksi intensitas cahaya. Sebelum menekan tombol shutter, apabila menggunakan kamera pada mode manual ada baiknya memperhatikan exposure meter terlebih dahulu.
Berikut gambar exposure indicator:
Tampak pada gambar di atas bar yang mengindikasikan exposure. Apabila ingin menghasilkan foto dengan cahaya yang baik, letakan bar pada posisi tengah ( normal exposure ), namun apabila menghasilkan foto yang lebih terang, geser bar ke arah tanda + ( menjadi over exposure ), dan sebaliknya, untuk hasil foto yang lebih gelap geser bar ke arah – ( menjadi under exposure )
Berikut gambar exposure indicator:
Tampak pada gambar di atas bar yang mengindikasikan exposure. Apabila ingin menghasilkan foto dengan cahaya yang baik, letakan bar pada posisi tengah ( normal exposure ), namun apabila menghasilkan foto yang lebih terang, geser bar ke arah tanda + ( menjadi over exposure ), dan sebaliknya, untuk hasil foto yang lebih gelap geser bar ke arah – ( menjadi under exposure )
Setiap kamera SLR digital modern dari pabriknya dilengkapi dengan teknologi bernama Metering Mode, Exposure Metering, Camera Metering atau untuk lebih praktisnya kita sebut Metering yang sudah dirakit didalamnya. Dalam artikel ini kita akan berusaha memahami apa itu metering? bagaimana cara kerjanya serta beberapa kelemahan utama yang harus kita hadapi (underexposed & overexposed). Dalam artikel selanjutnya, lebih jauh kita pahami tentang mode metering (matrix/evaluative, center weighted & spot metering).
Apa Itu Metering? Apa Gunanya?
Secara prinsip tidak beda dengan meteran gulung yang dipakai pekerja konstruksi atau meteran pita yang dipakai tukang jahit untuk mengukur panjang, hanya metering ini dipakai oleh kamera DSLR untuk mengukur cahaya, yang secara relatif lebih njelimet dibanding dengan mengukur panjang.
Metering dipakai untuk mengukur cahaya yang dilihat oleh kamera (cahaya yang masuk ke lensa). Saat kita melihat obyek foto melalui viewfinder kamera, kondisi cahaya di obyek tersebut akan diukur oleh sistem metering. Tujuan utama dari sistem metering kamera adalah menghasilkan foto yang pas eksposure-nya.
Metering melakukannya dengan menganalisa tingkat gelap terang sebuah obyek foto kemudian menentukan besarnya shutter speed, aperture serta ISO supaya hasil foto anda pas, tidak terlalu gelap ataupun tidak terlalu terang.
Hmm pusing nya…. oke, gampangya begini.Bayangkan mata anda. Saat anda merasa silau apa yang anda lakukan? memincingkan mata bukan! Secara tidak sadar anda mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata supaya anda tidak silau (tidak terlalu terang). Kebalikannya, saat merasa cahaya terlalu remang anda secara otomatis membuka mata lebar-lebar. Memincingkan mata atau membuka mata lebar-lebar supaya mata merasa nyaman saat melihat (eksposur yang pas), seperti itulah tugas sistem metering kamera.
Repotnya, didunia nyata masing-masing benda memiliki tingkat pantulan yang berbeda. Saat kita memotret langit, kalau langitnya biru sempurna metering kamera akan gampang menghitung eksposur karena hanya ada satu tingkat terang yang harus dihitung (biru). Namun saat kita memotret langit dengan tambahan awan putih, metering sekarang harus menghitug kecerahan langit biru dan kecerahan awan putih dan harus berusaha menghasilkan eksposure yang optimal. Sekarang tambahkan gunung dan barisan pepohonan kedalam obyek foto diatas, maka tingkat kompleksitas yang dihadapi metering makin rumit.
Bagaimana cara para perancang sistem metering kamera mengantisipasi keadaan ini? Jawabannya adalah dengan berusaha membuat tingkat gelap terang rata-rata dari sebuah obyek foto apapun itu. Secara teknis gelap terang rata-rata bagi sistem metering kamera adalah 18% grey ( 18% abu-abu atau abu-abu normal) – tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang – lihat foto dibawah. Sebuah obyek foto dengan tingkat pantulan cahaya yang memiliki gelap terang kompleks akan “dijinakkan” dengan cara ini.
Solusi ini secara umum memang bisa kita pakai untuk memotret kondisi normal. Namun ketika kita dihadapkan pada kondisi misalnya anda akan memotret wajah teman dengan background putih sempurna, kamera akan menjadikan wajah teman anda lebih gelap karena harus mengantisipasi background putih dan membawanya kearah 18% grey alias underexposed. Atau misalnya saat anda memotret bunga didalam gelas kaca kecil yang diletakkan diatas taplak meja hitam, maka didalam foto bunga akan lebih terang dari aslinya karena harus membawa taplak meja hitam tadi ke arah 18% grey alias overexposed.
Beberapa pemahaman tentang beberapa Mode Metering pada kamera DSLR...
Selain itu, kamera DSLR juga membandingkan informasi gelap-terang diatas dengan data contoh pemotretan dalam bermacam situasi yang sudah dimasukkan ke dalam memory kamera oleh produsen untuk mementukan nilai eksposur yang menurutnya paling tepat. Mode matrix/evaluative biasanya digunakan pada hampir semua situasi pemotretan normal, paling akurat dalam kondisi sehari-hari dan paling sering digunakan. Jadi, sebelum anda menemukan situasi pemotretan yang kompleks dan sulit, pakailah mode ini.
Inilah saatnya anda menggunakan mode center weighted. Mode ini mengukur refleksi cahaya disekitar titik tengah frame dan mengabaikan daerah disekitar sudut-sudut frame. Dengan begitu kamera hanya akan mengukur nilai eksposur di wajah (titik tengah viewfinder) dan mengabaikan nilai di area lain (sinar matahari yang jauh lebih terang). Dibandingkan dengan mode matrix, mode center weighted tidak melihat dimana kita meletakkan titik fokus, dia hanya melihat area disekitar titik tengah viewfinder.
Contoh penggunaannya adalah saat anda memotret seorang teman yang membelakangi matahari yang bersinar terang, namun teman tersebut hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan foto sementara kita ingin memastikan dia terukur eksposure-nya dengan baik (tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang). Jika anda menggunakan matrix atau center weighted metering, kemungkinan besar teman kita hanya akan terlihat sebagai siluet, karena kamera justru mengukur cahaya matahari yang mendominasi foto.
Satu contoh lagi penggunaan spot metering adalah saat kita memotret burung. Karena burung (kecuali anda memotretnya secara close-up), mengisi sebagian kecil frame maka gunakan spot metering untuk memastikan burung sebagai obyek utama tereksposure secara tepat.
Metering dipakai untuk mengukur cahaya yang dilihat oleh kamera (cahaya yang masuk ke lensa). Saat kita melihat obyek foto melalui viewfinder kamera, kondisi cahaya di obyek tersebut akan diukur oleh sistem metering. Tujuan utama dari sistem metering kamera adalah menghasilkan foto yang pas eksposure-nya.
Metering melakukannya dengan menganalisa tingkat gelap terang sebuah obyek foto kemudian menentukan besarnya shutter speed, aperture serta ISO supaya hasil foto anda pas, tidak terlalu gelap ataupun tidak terlalu terang.
Hmm pusing nya…. oke, gampangya begini.Bayangkan mata anda. Saat anda merasa silau apa yang anda lakukan? memincingkan mata bukan! Secara tidak sadar anda mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata supaya anda tidak silau (tidak terlalu terang). Kebalikannya, saat merasa cahaya terlalu remang anda secara otomatis membuka mata lebar-lebar. Memincingkan mata atau membuka mata lebar-lebar supaya mata merasa nyaman saat melihat (eksposur yang pas), seperti itulah tugas sistem metering kamera.
Cara Kerja Sistem Metering Kamera & Kelemahannya
Saat kamera melihat tembok, sistem metering akan mengukur besar cahaya (gelap terang) yang dipantulkan oleh tembok tersebut (reflective). Hal ini mudah saat semua obyek foto memantulkan jumlah cahaya yang sama.Repotnya, didunia nyata masing-masing benda memiliki tingkat pantulan yang berbeda. Saat kita memotret langit, kalau langitnya biru sempurna metering kamera akan gampang menghitung eksposur karena hanya ada satu tingkat terang yang harus dihitung (biru). Namun saat kita memotret langit dengan tambahan awan putih, metering sekarang harus menghitug kecerahan langit biru dan kecerahan awan putih dan harus berusaha menghasilkan eksposure yang optimal. Sekarang tambahkan gunung dan barisan pepohonan kedalam obyek foto diatas, maka tingkat kompleksitas yang dihadapi metering makin rumit.
Bagaimana cara para perancang sistem metering kamera mengantisipasi keadaan ini? Jawabannya adalah dengan berusaha membuat tingkat gelap terang rata-rata dari sebuah obyek foto apapun itu. Secara teknis gelap terang rata-rata bagi sistem metering kamera adalah 18% grey ( 18% abu-abu atau abu-abu normal) – tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang – lihat foto dibawah. Sebuah obyek foto dengan tingkat pantulan cahaya yang memiliki gelap terang kompleks akan “dijinakkan” dengan cara ini.
Solusi ini secara umum memang bisa kita pakai untuk memotret kondisi normal. Namun ketika kita dihadapkan pada kondisi misalnya anda akan memotret wajah teman dengan background putih sempurna, kamera akan menjadikan wajah teman anda lebih gelap karena harus mengantisipasi background putih dan membawanya kearah 18% grey alias underexposed. Atau misalnya saat anda memotret bunga didalam gelas kaca kecil yang diletakkan diatas taplak meja hitam, maka didalam foto bunga akan lebih terang dari aslinya karena harus membawa taplak meja hitam tadi ke arah 18% grey alias overexposed.
Lalu Kita Harus Bagaimana?
Seperti halnya kita tidak bisa terus menerus menggunakan auto eksposure, untuk menghasilkan foto yang bagus kita tidak bisa menggunakan sistem metering kamera tanpa beberapa trik (meninggalkannya dalam posisi default).Beberapa pemahaman tentang beberapa Mode Metering pada kamera DSLR...
Matrix atau Evaluative Metering
Nikon menyebutnya sebagai mode matrix, sedangkan Canon menyebutnya sebagai mode evaluative. Cara kerjanya adalah kamera membagi seluruh obyek foto yang ada dalam viewfinder menjadi beberapa zona atau wilayah, kemudian masing-masing zona tadi diukur gelap terangnya. Kamera juga menekankan zona dimana anda meletakkan titik fokus sebagai zona yang penting, sehingga nilai gelap terang disini dianggap sebagai prioritas. Setelah semua informasi tadi terkumpul, kamera akan mencoba menentukan nilai eksposur yang pas.Selain itu, kamera DSLR juga membandingkan informasi gelap-terang diatas dengan data contoh pemotretan dalam bermacam situasi yang sudah dimasukkan ke dalam memory kamera oleh produsen untuk mementukan nilai eksposur yang menurutnya paling tepat. Mode matrix/evaluative biasanya digunakan pada hampir semua situasi pemotretan normal, paling akurat dalam kondisi sehari-hari dan paling sering digunakan. Jadi, sebelum anda menemukan situasi pemotretan yang kompleks dan sulit, pakailah mode ini.
Center Weighted Metering
Menggunakan keseluruhan area frame untuk menentukan nilai eksposur tidak selalu menghasilkan foto yang diinginkan. Bagaimana jika ingin memotret wajah dengan matahari ada dibelakangnya? Jika anda menggunakan mode matrix, kemungkinan besar wajah akan terlihat sangat gelap.Inilah saatnya anda menggunakan mode center weighted. Mode ini mengukur refleksi cahaya disekitar titik tengah frame dan mengabaikan daerah disekitar sudut-sudut frame. Dengan begitu kamera hanya akan mengukur nilai eksposur di wajah (titik tengah viewfinder) dan mengabaikan nilai di area lain (sinar matahari yang jauh lebih terang). Dibandingkan dengan mode matrix, mode center weighted tidak melihat dimana kita meletakkan titik fokus, dia hanya melihat area disekitar titik tengah viewfinder.
Spot /Partial Metering
Spot metering hanya akan mengukur cahaya disekitar titik fokus dan mengabaikan cahaya didaerah lainnya, tepatnya hanya sekitar 3% dari keseluruhan obyek foto yang diukur. Sementara partial metering mengukur area yang sedikit lebih besar, sekitar 10% dari keseluruhan foto dan juga mengabaikan area lainnya.Kedua mode ini sama prinsip kerjanya. Mereka mengevaluasi satu zone tunggal dan menghitung eksposur murni berdasarkan hasil evaluasi tadi, sementara zone lainnya sama sekali tidak dihitung.Contoh penggunaannya adalah saat anda memotret seorang teman yang membelakangi matahari yang bersinar terang, namun teman tersebut hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan foto sementara kita ingin memastikan dia terukur eksposure-nya dengan baik (tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang). Jika anda menggunakan matrix atau center weighted metering, kemungkinan besar teman kita hanya akan terlihat sebagai siluet, karena kamera justru mengukur cahaya matahari yang mendominasi foto.
Satu contoh lagi penggunaan spot metering adalah saat kita memotret burung. Karena burung (kecuali anda memotretnya secara close-up), mengisi sebagian kecil frame maka gunakan spot metering untuk memastikan burung sebagai obyek utama tereksposure secara tepat.
Saat ini hampir semua kamera DSLR dilengkapi dengan beberapa pilihan cara kamera melakukan autofokus (autofocus mode). Memotret vas bunga yang diam diatas meja tentu membutuhkan cara autofokus yang berbeda dengan memotret anak kecil yang sedang menggiring bola dilapangan. Sengaja pembahasan kali ini mengenai autofokus dan bukan manual fokus supaya tidak terlalu panjang.
Saat memotret benda diam, kita biasanya menggunakan satu titik fokus, mengunci fokus sekali baru memotret. Namun saat memotret benda/orang yang selalu bergerak berpindah posisi, kita butuh kamera yang mampu memindahkan titik fokus secara otomatis mengikuti seubyek tersebut. Berita bagusnya, kamera DSLR dilengkapi dengan fitur tersebut. Mari kita bedah satu persatu:
Dalam mode ini, kita tidak akan bisa memencet penuh shutter (mengambil foto) sebelum kamera bisa mengunci titik fokus. Namun ketentuan ini bisa diakali lewat pengaturan di menu autofocus dan mengatur focus priority.
Dalam mode ini, kamera akan menganilis pergerakan subyek dan memprediksi kemana arah gerak si subyek dengan menempatkan titik fokus sedikit mendahului keberadaan subyek. Dengan mode Continuous, kita bisa mengikuti pergerakan subyek dan mendapatkan fokus yang tajam. Caranya adalah dengan terus memencet separuh tombol shutter sambil membidik pergerakan subyek atau dengan terus memencet tombol AF-On dengan jempol (jika ada).
Tidak semua jenis kamera DSLR memiliki mode ini. Bagi pemula, pilihan mode ini sebenarnya lumayan membantu karena tidak perlu mengganti-ganti mode fokus.
Saat memotret benda diam, kita biasanya menggunakan satu titik fokus, mengunci fokus sekali baru memotret. Namun saat memotret benda/orang yang selalu bergerak berpindah posisi, kita butuh kamera yang mampu memindahkan titik fokus secara otomatis mengikuti seubyek tersebut. Berita bagusnya, kamera DSLR dilengkapi dengan fitur tersebut. Mari kita bedah satu persatu:
Mode Autofokus Single Area
Di kamera DSLR Canon dinamai “One Shot AF” sementara di kamera DSLR Nikon dinamai “Single Area AF”. Dari namanya cukup jelas bahwa kita memilih satu titik fokus lalu kamera akan mencari kontras di satu area titik fokus tersebut. Saat kita memencet separuh tombol shutter atau memencet tombol AF-On (jika menggunakan kamera DSLR yang memiliki tombol AF-On terdedikasi), kamera akan mengunci fokus di titik tersebut sekali. Jika subyek berpindah posisi dan meskipun kita tetap pencet separuh tombol shutter, kamera tidak akan memindahkan fokus secara otomatis.Dalam mode ini, kita tidak akan bisa memencet penuh shutter (mengambil foto) sebelum kamera bisa mengunci titik fokus. Namun ketentuan ini bisa diakali lewat pengaturan di menu autofocus dan mengatur focus priority.
Mode Autofokus Continuous/AI Servo
Mode ini dikamera DSLR Nikon dinamai “Continuous/AF-C” sementara di Canon dinamai “AI Servo”. Mode ini digunakan saat kita harus mengikuti sebuah subyek foto yang terus berpindah posisi, misalnya saat kita memotret sport, binatang atau mobil yang sedang melaju.Dalam mode ini, kamera akan menganilis pergerakan subyek dan memprediksi kemana arah gerak si subyek dengan menempatkan titik fokus sedikit mendahului keberadaan subyek. Dengan mode Continuous, kita bisa mengikuti pergerakan subyek dan mendapatkan fokus yang tajam. Caranya adalah dengan terus memencet separuh tombol shutter sambil membidik pergerakan subyek atau dengan terus memencet tombol AF-On dengan jempol (jika ada).
Mode Autofokus Hybrid/Campuran Antara Single & Continuous
Di kamera DSLR Canon dinamai “AI Focus” sementara di Nikon dinamai “AF-A”. Merupakan mode fokus campuran antara single dan Continuous dimana kamera akan secara mengganti fokus dari single ke continous atau sebaliknya sesuai kondisi subyek foto. Jika yang difoto diam kamera akan memakai Single sementara saat obyek bergerak kamera akan berganti ke mode Continuous.Tidak semua jenis kamera DSLR memiliki mode ini. Bagi pemula, pilihan mode ini sebenarnya lumayan membantu karena tidak perlu mengganti-ganti mode fokus.
Mode Autofokus Mana Yang Sebaiknya Anda Pakai?
Kesimpulan yang sebenarnya cukup gampang:- Saat memotret benda diam atau orang yang berpose silahkan gunakan mode Single
- Saat memotret benda bergerak secara konstan, gunakan mode Continuous
- Untuk keperluan sehari-hari, anda bisa meninggalkan kamera secara default di posisi continous mode atau mode hybrid. Baru saat kamera tidak bisa mengunci fokus di mode Continuous , misal saat memotret di kondisi agak gelap silahkan pindahkan ke mode Single.
- Bagi pemula yang tangannya masih belum terlalu lincah mengganti-ganti mode fokus secara cepat, anda bisa menggunakan mode hybrid (jika memang dikamera ada).
Bagaimana Cara Mengganti Mode Fokus?
Cara mengganti mode fokus tidak sama dari satu kamera ke kamera lain. Untuk itu saya sarankan cek di manual masing-masing. Di kamera Nikon D300s/D700, anda bisa menemukan pengait kecil yang ada dibagian depan sebelah kiri mount lensa: AF-S, AF-C dan M (amanual). Sementara di Canon (misal EOS 60D), anda bisa menganti mode fokus dengan memencet tombol AF dibagian atas kamera lalu akan muncul pilihan mode fokus di panel LCD atas.
Adapun peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
Pemain terdiri dari dua tim dengan masing – masing anggota 5 orang dan dipimpin oleh wasit
Waktu pertandingan bola basket adalah 4 quarter dengan masing-masing quarter berdurasi 10 menit dan waktu istirahat selama 10 menit.
Bola harus dipegang di antara telapak tangan atau di dalam kedua telapak tangan. Jadi, lengan atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola. Tetapi jika bola hanya mengenai bagian tubuh yang lain maka akan dianggap tidak apa -apa.
Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil membawa bola dengan kedua telapak tangan. Pemain diperbolehkan membawa ( mendribble ) bola dengan cara memantulkan bola dilantai dengan satu tangan.
Pemain dapat menangkis dan melemparkan bola ke segala arah selama masih berada dalam satu wilayah lapangan. tetapi bola yang ditangkis tidak boleh dipukul menggunakan kepalan tangan (meninju).
Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong, memukul, atau menjegal pemain lawan dengan alasan apapun. Pelanggaran pertama terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran kedua akan diberi sanksi berupa diskualifikasi pemain pelanggar hingga keranjang timnya dimasuki oleh bola lawan.
Apabila salah satu pihak melakukan tiga kali kesalahan secara berturut-turut, maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya (berturut-turut disini artinya tidak ada pelanggaran balik oleh lawan).
apabila pemain melakukan pelanggaran dengan tujuan untuk mencederai lawan, maka pemain yang melanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut bermain sepanjang pertandingan dan pergantian pemain tidak diperbolehkan.
Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau ditepis dari lapangan masuk ke dalam ring pihak lawan, dalam hal ini pemain yang menjaga keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.
Apabila bola keluar lapangan pertandingan maka bola akan dilemparkan kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang menyentuhnya.
Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang kepemilikan bola, maka wasitlah yang akan melemparkannya ke dalam lapangan. Pelempar bola diberi waktu 5 detik untuk melemparkan bola dalam genggamannya. Apabila ia memegang lebih lama dari 5 detik, maka bola akan berpindah ke pihak lawan.
Apabila salah satu pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.
Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh untuk memberikan diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5.
Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi.
Gol dari lemparan bebas akan dihitung 1 angka, Gol dari lapangan : 2 angka, dan Gol dari luar garis tiga angka : 3 angka
Pihak yang dinyatakan sebagai pemenang adalah pihak yang berhasil mendapat point terbanyak
DOGIES BARKS
DOGIES BARKS PROFILE :
Pertemuan 3 anak muda KOTA WISATA BATU yang memiliki passion di musik dan mulai membentuk sebuah band bernama DOGIES pada awalnya, karena semua personil sangat menyukai anjing. Tetapi salah satu personil mengusulkan untuk mengubah nama DOGIES menjadi DOGIES BARKS yang memiliki arti GONGGONGAN ANJING pada 28 Februari 2012.
DOGIES BARKS mengusung genre POP PUNK yang easy listening dan bisa dinikmati oleh banyak orang dari segala kalangan. Tujuan kami hanyalah untuk bersenang-senang dan menyenangkan orang lain dengan karya-karya yang kami miliki.
#KEEP YOUR SUPPORT!
Pertemuan 3 anak muda KOTA WISATA BATU yang memiliki passion di musik dan mulai membentuk sebuah band bernama DOGIES pada awalnya, karena semua personil sangat menyukai anjing. Tetapi salah satu personil mengusulkan untuk mengubah nama DOGIES menjadi DOGIES BARKS yang memiliki arti GONGGONGAN ANJING pada 28 Februari 2012.
DOGIES BARKS mengusung genre POP PUNK yang easy listening dan bisa dinikmati oleh banyak orang dari segala kalangan. Tujuan kami hanyalah untuk bersenang-senang dan menyenangkan orang lain dengan karya-karya yang kami miliki.
#KEEP YOUR SUPPORT!
MEMBERS :
Gaby : Guitar, Vocal
Yoshua : Bass, Vocal
Rony : Drums
INFLUENCES :
Blink-182, All Time Low, New Found Glory, Pug Jelly, Simple Plan
Gaby : Guitar, Vocal
Yoshua : Bass, Vocal
Rony : Drums
INFLUENCES :
Blink-182, All Time Low, New Found Glory, Pug Jelly, Simple Plan
SOUND LIKE :
POP PUNK
CONTACT PERSON :
@agiestabarks
POP PUNK
CONTACT PERSON :
@agiestabarks
085646754182
Langganan:
Postingan (Atom)